BLAMBANGAN MEMBARA.1)

BLAMBANGAN MEMBARA
Ditulis berdasar buku TRILOGi SEMENANJUNG,PUTU PRABA DRANA 2) dan berdasar  sumber sumber lainnya )
Setelah Kompeni melumpuhkan pemberontakan Wong Agung Wilis dan membuangnya  ke Banda ,kompeni semena mena menghapus kerajaan Blambangan.  Dan membelah Blambangan menjadi dua Blambangan Barat meliputi Jember, Bondowoso , Situbondo, Lumajang dan Blambangan Timur ( Banyuwangi) dan mengangkat para Bupati dari luar Blambangan.Maka pemberontakan rakyat Blambanganpun tidak pernah surut .Kini muncul pemberontakan/perjoangan  yang lebih besar sebagai kelanjutan perjoangan Wong Agung Wilis  dibawah pimpinan P.Jagapati /Rempeg yang berpusat di Bayu. Pangeran Jagapati/Rempeg  adalah kawan seprjoangan Wong Agung Wilis, dan keduanya memiliki darah Tawangalun . Seperti Wong Agung Wilis , P.Jagapati juga seorang pimpinan yang Kharismatis. 
Usaha Biesheuvel  (Resident Blambangan) memadamkan pemberontakan ini melalui kekuatan Kompeni di Blambangan gagal total. Karena kemenangan kemenangan  ini, pemberontakan P.Jagapati/Rempeg telah meluas keseluruh Blambangan ( Jember, Lumajang, Bondowoso dan Situbondo). Para Bupati dan pejabat yang diangkat oleh Belanda yaitu Sutanegara , Wangsengsari, Suretaruna  , juga memihak pemberontakan ini karena  tidak tahan melihat  perlakuan Komandan Pasukan Kompeni3)    terhadap rakyat Blambangan,selain merampas harta rakyat juga  melakukan tindakan tak bermoral pada wanita Blambangan . Pada bulan Juni 1771 , ketiga tokoh tersebut ditangkap dan dibuang ke Sri Langka .Pembuangan tokoh ini malah memperluas dan memperbesar kekuatan pemberontak.  Pasukan Kompeni frustasi dan  74 anggotanya melakukann  disersi dan bersamaan dengan Colmond berhenti dari jabatannya. Sebuah bencana bagi pemerintahan Kompeni.
Oleh karena itu pada 22 September 1771 Gubernur Jendral dan Dewan Hindia Belanda di Jakarta memutuskan Perang Semesta dengan Blambangan . Kompeni bertekad melibas pemberontakan itu dengan melakukan  serangan dari dua arah . Yaitu pengiriman pasukan melalui laut langsung ke Banyuwangi dan pengiriman pasukan lewat darat melalui Lumajang. Gelar pasukan melalui laut  yang dipimpin oleh Leitnant Montro dan Innhoof . Dalam gelar pasukan ini  juga terdapat Vasco de Keling pimpinan pasukan reguler Kompeni, Sangkil pimpinan pasukan Surabaya, Kapten Alap Alap ( orang Madura yang menjadi  tentara Kompeni) pemimpin pasukan Madura .Gelar Pasukan dari laut mendapat perlawanan armada Blambangan dipimpin Harya Lindu Segara dan Ditya Jala Rante didukung armada Bugis dipimpin Rencang Warenghay (yang membantu lolosnya Wong Agung Wilis dari pembuangan di Banda/Seram ,ke Bali).
Armada laut Belanda yang modern dan terlatih  menghancurkan armada Blambangan dan menewaskan Ditya Jala Rante , sedang Harya Lindu Segara mengundurkan diri armadanya , dan membangun kembali armada lautnya di Nusa Barong. Kekalahan armada laut di Selat Madura  ,membuat armada Kompeni melaju menuju Banyuwangi,  sekaligus menyisakan kekosongan pengamanan di Selat Madura.Peluang itu digunakan pimpinan armada Bugis  Rencang Warenghay ,melakukan keonaran di pantai Pasuruan, Bangil dan Gersik, akibatnya perang di Blambangan menyebar ketakutan diseluruh pantai Jawa dan luar Jawa..
Gelar pasukan dari darat Kompeni  dibawah pimpinan  Kapten Kreygerg, Kapten Henrich, Letnan Fisher, Leuitnant DE Kornet Tinne  ( Perwira muda lulusan Akademi Militer Perancis yang tersohor di dunia) dan Singa Manjuruh pimpinan tentara Mataram menyerbu dari dari Lumajang dan Panarukan4).
Pimpinan pasukan  Blambangan Mandala Barat R.Mas  Puger dan Sayu Wiwit mendahului menghancurkan Benteng Jember dan membunuh  pimpinan benteng Steenberger, dan terus melaju menghancurkan pos penjagaan Kompeni  sampai ke Lumajang.Pimpinan Blambangan lainnya yaitu Lebok Samirana memimpin pasukan ke Puger, Ayu Prabu menghadang di Panarukan. Tetapi karena pasukan Kompeni  berlapis lapis akhirnya mampu mengalahkan pasukan Blambangan. R.Mas Puger  terbunuh bersama  ribuan tentara Blambangan ( Lumajang, Panarukan ( Situbondo) , SENTONG ( Bondowoso) Kedawung ( Jember)gugur ke bumi pertiwi.
Kematian R.Mas Puger5) , mendorong Pangeran Jagapati ( Rempeg) di Bayu  mengirim pasukan sandi dipimpin Sradadi ( Kawan seperjoangan Baswi dalam perang Surabaya dan Jagalara )untuk membalas  kematian tersebut dengan membunuh Biesheuvel resident Blambangan di Ulu Pampang .
Biesheuvel yang dirundung kegagalan merendam pembrontakan Blambangan selalu murung dan gelisah. Pada malam itu Biesheuvel tak  sekejappun tertidur dan apabila tertidur  kemudian menggeragap berteriak ketakutan (karena kawan kawan yang mati mengenaskan dalam perang Wong Agung Wilis muncul dalam mimpi). Lewat tengah malam  dia memanggil pengawal untuk menemani ke beranda lojinya. Hanya sekejap di Loji, sebuah peluru mendesir di pelipisnya, dan sebuah panah menancap dikaki. Sradadi dan Jagalara dari pasukan sandi Blambangan telah melaksanakan tugasnya dengan baik.  Biesheuvel mengejang,tubuh membiru , dan mati mengenaskan. (Nopember 1771)6)
Hendrick Schophoff kemudian diangkat sebagai pimpinan Blambangan. Untuk dapat segera mengatasi pemberontakan Pangeran Jagapati /Rempeg segera ditetapkan:
Pertama: Pasukan kompeni di  Mandala Timur harus mempertahankan posisi, dan Pasukan Kompeni di Mandala Barat harus  mempercepat perjalanan menuju posisi tempur di Timur. Kedua :Bumi hangus persedian pangan dan desa wong Blambangan maka seketika itu , Jember,Lumajang, Situbondo, Bondowoso , Banyuwangi  menjadi lautan api.
Dua setengah bulan Kompeni mngepung Blambangan namun tanda tanda berakhirnya perang belum juga nampak ,sesuatu  yang memalukan Kompeni  dan mengguncang Batavia .Maka tepat pada tgl 14 Desember 1771, Kompenipun menetapkan  penyerbuan ke Benteng Bayu dimulai dan ,HARUS MERUPAKAN SERANGAN MEMATIKAN.
Pertempuran Gunung Raung.
Gelar pasukan dari Barat segera bergegas menuju ke timur,menemui  Mayang, Kalisat, desa desa Blambangan sepi,demikian juga pasukan Kompeni yang menyerbu dari timur juga menemui Banyuwangi , tanah Perdikan Pakis , Srono dan kampung Blambangan sepi . Loji Kompeni sudah tidak terawat lagi. Tanda kehidupan  hanya berupa berkibarnya kain hitam tanda berkabung atas wafatnya R.Mas Puger dimedan Barat, dan panglima laut , Ditya Jala Rante, diselat Madura. Pagi dini hari 14 Desember  Pasukan Kompeni , dibawah pimpinan Kapten Kreygerg, Kapten Heinrich, Letnan Fisher , De Kornet Tinne telah mencapai Gunung Raung. Pimpinan pasukan  Blambangan  Ledok Samirana yang kalah di Puger  membelot ke Kompeni . Di Raung tentara Blambangan dibawah pimpinan Baswi , Sayu Wiwit. Sradadi, Yestyani menghadang Kompeni.
Dari arah Kota Lateng dan Ulupampang ( Muncar)  tentara Kompeni dibawah pimpinan Leitnan Inhoff, leitnan Montro, Vasco de Keling, Leitnan Schaar,Sangkil, Kapten Alap Alap,berhadapan dengan Singomanjuruh , Ayu Prabu, Gusti Tangkas ( pasukan Bali) dan Rempeg Jagapati.
Ketika matahari telah mencapai sepenggalah,  medan Barat barat dan medan Timur dikejutkan  melesatnya  ratusan anak panah disertai bunyi tembakan dan dentuman meriam dari hutan raung. Pasukan Kompeni tidak siap.  Roboh berjatuhan terkena terjangan mesiu , dan panah beracun.Mereka yg terkena anak panah mengejang kesakitan kemudian tubuhnya biru   . Kompeni langsung membalas serbuan tersebut dengan tembakan gencar bedil dan Kanon, seakan membelah bumi Banyuwangi .Seketika serangan Blambangan berhenti dan sunyi. Maka dengan teriakan kemenangan pasukan Kompeni mengejar pasukan Blambangan menerobos masuk hutan……ternyata tidak ada  satu mayatpun  yang ditemukan dan membuat pimpinan Kompeni tidak mampu menahan malu dan marah..7)
Belum lepas marah dan malu…..tiba2 muncul serbuan tawon yang membuat tentara Kompeni kocar kacir Kompenipun masuk dalam jebakan…. lari  kocar kacir tertusuk Songga (Bambu Runcing beracun,yang apabila terinjak menusuk dari dua arah) dan apabila terjatuh terkena Cula, (bambu runcing beracun 10m),keduanya mengakibatkan kematian yang menyakitkan, tubuh mengejang kemudian membiru ,membuat hutan Blambangan penuh teriakan kesakitan, sumpah serapah, dan jeritan yang mengerikan. Di medan timur , Sangkil terkena songga , dan Vasco de Keling, terjerembab kemudian terkena cula, kejang dan mati. Leitnant Montro terserempet panah bahunya dan leitnant Inhoof terkena panah dipelipis kirinya,( luka kecil yang dikira tidak membahayakan ternyata menyebabkan kematian). Inilah gelar perang Supit Urang yang dimodifikasi oleh Baswi, mantan Veteran Perang Surabaya, dan guru  Wong Agung Wilis .
Leitnant Montro dan Inhooff tidak dapat lagi menahan marahnya , dan akibatnya tujuh orang pemandu jalan dipenggal kepalanya.Di medan Barat  Kapten Kreigerg  marah besar, dan menganggap Lebok Samirana  sengaja menjebak Kompeni, kemudian  menembak Lebok Samirana berkali kali sehingga darah muncrat dari seluruh tubuhnya
Kapten Kreigerg yang telah bertempur dari Lumajang membaca Strategy Blambangan dan melakukan jebakan. Dalam aturan manggala yudha Majapahit jika panglima perang sudah saling melihat maka menjadi kewajiban pimpinan perang langsung berhadapan dalam perang tanding satu lawan satu. Maka Kreigerg pun berusaha menampakan wajahnya, dengan teriakan perang dan  matamya menyapu  medan dan  menatap mata pimpinan perang Blambangan Baswi. Maka seketika darah Ksatrya Blambangan mendidik, dan memacu kudanya menyerbu Kapten Kreigerg. Kapten Kreigerg jangankan maju , malah mendapat perlindungan ketat dari serdadu Kompeni dan Baswi menjadi makanan empuk peluru Belanda. Sekujur tubuhnya penuh luka tembak tetapi  Baswi masih mampu mengibaskan pedang  dan membunuh tentara kompeni . Ketika  sebuah tembakan Kanon tepat mengenai Baswi, maka Baswi bersama kudanya terpental melayang kelangit.Dan hanya sebuah teriakan singkat : DIRGAHAYU BLAMBANGAN. Desak nafas terakhirnya membawa suara itu ke langit Biru.
Setelah pertempuran RAUNG, pasukan Blambangan ditarik mundur ke Bayu dan menggunakan sebagai hari berduka bagi Blambangan    Gugurnya Baswi ,veteran Perang Surabaya, yang berhasil merebut meriam dan bedil dari Belanda ,juga  guru Wong Agung Wilis , serta teladan Satya a Nagri, sungguh sebuah kehilangan besar. Lebih dari itu kematiannya sangat menyakitkan para ksatrya Blambangan. Tipu daya Kapten Kreygerg tidak akan pernah termaafkan. Disamping berduka karena gugurnya Baswi, pasukan Blambangan juga berbahagia menerima Singamanjuruh pimpinan pasukan Mataram yang membelot dari Kompeni. Untuk menebus gugurnya Baswi dan R,Mas Puger , perang besarpun harus dipersiapkan. Strategy Tempur  Supit Urang perlu diganti, tetapi aturan perang Majapahit tidak boleh ditinggalkan.
Sementara Kapten Kreygerg dan Henrich setelah pertempuran itu  meneruskan perjalanan menuju Bayu, mereka  memilih jalan yang formal dengan penuh ke hati hatian. Didepan dipasang batang pisang yang ditarik kerbau , sehingga apabila ada Songga atau cula akan menembus kerbau atau batang pisang.Namun ketika pasukan terkena Songga atau cula, maka tak ayal lagi desa Blambangan disekitar tempat itu dibakar dan hancur leburkan. Dan  pada tgl 18 pagi pasukan Kompeni  Mandala Barat telah berada pada posisi .
Kabar bumi hangus Kompeni sampai ke Bayu. Dan dari Bayu hanya ada satu tekad, BELAPATI SETYA A NAGRI. Strategy tempur yang dipilih OMBAK SAMUDRO( Serangan dilakukan bergelombang dibawah pimpinan Tempur masing masing dalam koordinasi Komandan. Tidak seperti yang dilakukan Baswi, pimpinan pasukan turun langsung). Ombak Samudra adalah sebuah strategy yang membutuhkan tingkat keahlian tempur dan disiplin.
Tanggal 18 Desember 1771.
( Melebihi perang Untung Surapati …Gubernur  Jawa Timur  Robert van de Burg)
Pada tanggal 18 Desember 1771 telah terjadi perang yang sangat dahsyat baik di mandala barat maupun mandala timur. Scenario Kompeni menuntaskan perang tgl 18 Des gagal total. Walaupun Kompeni telah membakar persediaan pangan dan desa Blambangan, ternyata tidak setitikpun membuat wong Blambangan ngeri dan takut perang . Kali ini serangan dimulai oleh Kompeni dengan menembakkan meriam dan kanon, dan bergerak dengan cepat menuju Bayu, seakan akan tanpa perlawanan. Ketika tidak ada perlawanan sama sekali, pasukan Kompeni memburu maju, tanpa terduga muncul gelombang penyerbuan tiada berhenti . Seketika Leitnant Fisher tersungkur terkena tembakan, dan Kapten Kreygerd tertembus panah. Kapten Kreygerd seperti mereka yang terkena panah,mengalami penderitaan yang luar biasa, kemudian mati menebus kematian Baswi. Dari pasukan  Blambangan Sayu Wiwit dan  Sradadi dikabarkan gugur tetapi tidak diketahui zenajah.
Singomanjuruh menjadi Singojuruh.
Di Mandala Timur, pimpinan perang dari Blambangan, Singomanjuruh veteran perang Malang, pengawal Adipati Malang dan Blitar gugur.  Pada tempat gugurnya dipersembahkan namanya, Singomanjuruh, tetapi kemudian kita mengenalnya SINGOJURUH.
Di Mandala tempur Timur Kompeni kehilanganb 700 orang pasukan dan dua Komandan Perang ( Sangkil dan Vasco Keling) meninggal mengenaskan, dan dua Komandan perang Kompeni lainnya Leitnant Monro dan Inhooff terluka kena panah beracun. Luka kecil itu tidak secepatnya dicegah sehingga  racun warangan secara perlahan   menyebar dalam tubuhnya, menjadikan darah menggumpal dan menyumbat aliran darah , dan mematikan syaraf menyebabkan rasa sakit luar biasa. Kedua orang itu  mengerang kesakitan semalam suntuk,dengan  tubuh secara perlahan membiru.Team kesehatanpun tidak mampu mengobati dan mati
Sedang leitnant Schaar  dan kapten Alap Alap, terhindar dari kematian
Blambangan MAWAR BERBISA.
Pil pahit tgl 18 Desember 1771 mengingatkan  ucapan veteran perang Wong Agung Wilis,bahwa Blambangan adalah MAWAR BERBISA ( negeri yang lebih indah dan subur serta sangat bernilai dibanding Mataram, tetapi menyebarkan maut setiap saat). Dalam perang WONG AGUNG WILIS yang  besar itu, Kapten van Reiyks, Mayor Blanke, dan Mayor Coop de Groen, melayang nyawanya bersama ribuan pasukan gabungan.
Tgl 20 Desember 1771)SETYA A NAGRI.PUPUTAN BAYU. Perang brutal,sadis sepanjang sejarah KOMPENI. Dr.(Leiden University)Sri Margana dosen UGM
Pengalaman buruk itu pada tanggal 18 Desember , membuat Kompeni memperkuat serangan pagar betis, dan penyerbuan tanpa henti pada tanggal 19 Desember. Serangan brutal dan tanpa ampun. Prajurit Blambangan yang tertangkap digantung dipohon atau dibakar hidup hidup. Dalam serangan brutal ini  De Kornet Tinne tertembak peluru , Leitnant Schaar terjebak cula kemudian tertebas pedang. Serangan ke Bayu semakin gencar dan perlawananpun tak kunjung reda.Kini tinggal Kapten Hinrich di Mandala Barat dan Kapten Alap Alap di Mandala Timur.
Kapten Alap Alap gagal mati sebagai Ksatrya Majapahit.
Kapten Alap Alap, sebagai orang Madura memahami benar aturan Manggala Majapahit.Dan ingin secepatnya meraih kemenangan.Maka kudanya melesat mendahului pasukan dan menantang P.Rempeg Jagapati. Sebagai ksatrya Blambangan , adalah keharusan untuk menghadapi tantangan, walaupun semua  pimpinan perang Blambangan menghalangi karena diyakini sebagai jebakan Kompeni.Dengan mengenakan pakaian kebesaran Blambangan , P.Rempeg Jagapati menyongsong kedatangan Kapten Alap Alap. Sebuah perang tanding menggunakan pedang terjadi. P.Rempeg Jagapati berhasil melukai tubuh Kapten Alap Alap,dia  oleng dan hampir jatuh tetapi  bersamaan dengan itu,pasukan Kompeni menghujani tembakan ke P.Rempeg Jagapati . Tubuh Pangeran bersimbah darah, tetapi masih tetap bertahan di kudanya ,mengarahkan pandangan sinis ke Kapten Alap Alap, ternyata Kompeni tetap saja pecundang. Kapten Alap Alap emosinya membara, teriak hysteris menyesali perbuatan Kompeni, kudanya terkejut ( mBerjak ) dan melempar Kapten Alap Alap ke bumi dan mati naka  gagal mati sebagai Ksatrya (Mati dipedang Lawan). Demikian juga P.Rempeg Jagapati gugur dalam laga Ksatrya.  Bersamaan dengan itu , serbuan dalam jajar mandala Gelombang Samodra prajurit Blambangan tak terbendung menggempur karang pasukan Kompeni yang jumlahnya berkali kali lipat dengan persenjataan yang lebih modern. Tidak ada kata menyerah bagi Ksatrya Blambangan, yang ada hanya BELAPATI , SETYA A NAGRI.Inilah perang sampai titik darah penghabisan dan sampai semua prajurit gugur ( PUPUTAN BAYU)8)
Menjelang bang bang kulon, ketika matahari memerah disebelah barat,medan pertempuran telah selesai. Anak dan ibu lari masuk hutan Indrawana, dalam ketakutan dan isak tangis yang memilukan.
Bayu tiba tiba mendung , tiada suara, sunyi , sepi, suara anginpun tidak terdengar. Alampun Bayupun bersedih, menangis , hujan rintik rintik membasahi bumi Dengarlah  suara alam ini ….dengan hati mu.
BELAPATI , SETYA A NAGRI.
DIRGAHAYU BLAMBANGAN. DIRGAHAYU BANYUWANGI TANAH TIGA NAGARI BLAMBANGAN ( BAYU, MACAN PUTIH,KOTA LATENG),
17 Agustus 1945.
Semangat membara Setya A Nagri wong Blambangan ternyata tidak pernah pupus. Seorang putra kelahiran lembah gunung Raung, LATIEF HENDRANINGRAT ,mengibarkan bendera merah putih bersama dua orang kawannya, didepan Bung Karno dan Bung Hatta . Dan Bung Karno dengan lantang membaca PROKLASI KEMERDEKAAN, dan pada hari itu telah berkibar sang saka Merah Putih di Banyuwangi.9)
CATATAN
1. Hasan Ali , Sekilas Perang Puputan Bayu , mengutip pendapat Lekkerkerker 1923.1056  diakui sebagai peperangan paling menegangkan , paling kejam “ De Dramatische vernietiging  het Compagniesleger)
2.Hadiah DIKA BWI Dalam buku ini peranan P. Jagapat (Rempeg) kurang menonjol, meskipun sumber sejarah lainnya menunjukan peran P.Jagapati ( Rempeg) sangat menonjol . Malahan Pem Da  dan DPRD telah mengajukan P.Jagapati sebagai Pahlawan Nasional. Belanda menyebut perang Pseudo Wilis.
3. Colmond , Komandan Pasukan Kompeni , veteran Perang Wong Agung Wilis
4. Hasan Ali, Sekilas Perang Puputan Bayu, Pemda Banyuwangi, menekankan pertempuran di Banyuwangi saja.
5.Berdasar sumber lainnya  R.Mas Puger  meninggal  dalam serangan benteng Banyualit.
6.  WALLACEA , ahli Flora dan Fauna yang membelah Indonesia dengan Garis Wallacea , mengungkapkan pohon Anchar ( beracun) Blambangan dijaga dua Iblis yang mematikan. Stanford Raffles . Hystory of Java.
7.DR (Lieden Univrsity)Sri Margana dosen UGM, mengakui kehebatan prajurit Blambangan dalam Strategy yang disesuaikan dengan penguasaan wilayah, dan digdaya( prajurit Blambangan kebal terhadap senjata, sehingga dijadikan ajang uji coba senjata-senjata baru yang dibuat Mataram, baik keris maupun tombak. Jika mampu membunuh orang Blambangan,maka  senjata itu dianggap sakti dan layak dipakai perang oleh Mataram) Mereka berperang secara gerilya: menyerang mendadak kemudian bersembunyi, serta membuat perangkap dan jebakan di jalan-jalan dan di atas pohon. “Musuh sering diarahkan ke suatu tempat di mana perangkap-perangkap telah disiapkan,” ujarnya.
Mengingat orang orang ini sangat Digdaya ( sakti), dan pandai berperang dalam perkembangan lebih lanjut , dibentuklah Prajurit Blambangan di keraton Surakarta.Pada tahun 1755, ketika perjanjian Giyanti ditanda tangani , maka Prajurit Blambangan di bagi dua. Sebagian untuk Keraton Srakarta , sebagian Keraton Yogjakarta.
Negara Krtagama , mpu Prapanca , mengakaui Blambangan sebagai andalan Majapahit.
Thomas  Stanford Raffles mengutip pernyataan Sultan Agung bahwa , masih ada dua kerajaan yang paling berbahaya belum terkalahkan yaitu Sumedang dan Blambangan.
Cortesao,dikutip Herusantosa (1987:13),merujuk Tome Pires, menyebut “rakyat Blambangan sebagai rakyat yang mempunyai sifat “warlike”, suka berperang dan selalu siap tempur, selalu ingin dan berusaha membebaskan wilayahnya dari kekuasaan pihak lain”.
Scholte (1927:146) menyatakan: “…. rakyat Blambangan tidak pernah sama sekali padam, dan keturunannya yang ada sekarang merupakan suku bangsa yang gagah fisiknya dan kepribadian serta berkembang dengan pesat, berpegang teguh pada adat-istiadat, tetapi juga mudah menerima peradaban baru”.
Prabu Tawangalun , raja Kerajaan Blambangan , juga menetapkan persyaratan kepemimpinan yang sangat ketat dalam memilih pimpinan  Blambangan . Syarat syarat  yang ditetapkan oleh Prabu Tawangalun adalah.KALOKA (Memiliki Visi), PRAWIRA . WIBAWA. BAHASA( menguasai bahasa perdagangan).
Pasukan ini dibubarkan pada zaman Pakubuwono ke III. Tetapi dihidupkan kembali pada Pakubuwono ke 4. (1788 sd 1820). Dibawah wewenang Mangkubumi II, dan diberi tanah pardikan
8.  Hasnan Singodimayan, Cliping kumpulan tulisan ,” Tetapi saya dengan suatu persyaratan ,jika pada judul pertamanya “Perang Bayu” ,saya tambah dengan prang “ Puputan Bayu”,sebab saya mengagumi nilai kejuanganya yang heroik. 9. Berdasar kesaksian Laksamana Madya Gatot Suwardi( 80 tahun), putra Blambangan. Saat bercerita pada penulis pada Oktober 2011.